5 Prinsip Investasi Saham

Macam-Macam Prinsip Pendekatan Investasi Saham

Dalam berinvestasi saham, terdapat beberapa prinsip pendekatan investasi saham yang umum dilakukan. Penulis misalnya memiliki prinsip pendekatan value investing dalam berinvestasi saham, yang juga banyak digunakan oleh investor besar.

Selain prinsip tersebut, ada beberapa jenis pendekatan lain yang dilakukan, sesuai dengan prinsip masing-masing investor. Apa saja prinsip pendekatan investasi saham yang umum dilakukan? Berikut selengkapnya.

1. Value Investing

Prinsip ini dilakukan dengan melihat valuasi saham sebelum membelinya. Valuasi sebenarnya berasal dari kata value atau berharga. Artinya, berapa nilai asli atau berapa harga wajar saham tersebut, apakah murah, kemahalan, atau sudah pas.

Ketika membeli saham, terdapat nilai price to book value (PBV), yaitu perbandingan nilai buku asli saham dengan harga saham. Jika nilai PBV lebih kecil dari 1 kali, maka saham tersebut murah. Sebaliknya, jika lebih dari 1 kali, maka saham tersebut mahal.

Untuk memahami nilai PBV, bayangkan, bung membeli bisnis futsal dengan harga 1 miliar. Setelah bung hitung-hitung bangunannya, matrasnya, bolanya, sampai biaya listriknya, ternyata cuma sekitar 500 juta.

Artinya, nilai PBV-nya 2 kali. Dapat dikatakan, uang yang bung bayar ketika pembelian kemahalan. Sebaliknya, jika bung hitung-hitung nilainya semua 2 miliar, artinya nilai PBV 0,5 kali. Nilai ini di bawah 1, dan bung dapat dikatakan untung.

Selanjutnya, ada nilai price earning ratio (PER), yang merupakan perbandingan antara pendapatan emiten per tahun dengan harga saham. Rata-rata nilai PER ideal IHSG adalah 15 kali, jadi jika nilai PER saham di bawah 15 kali, dapat dikatakan saham tersebut murah.

Untuk memahami nilai PER, bayangkan, bung membeli bisnis futsal dari seseorang. Pendapatan per tahun bisnis tersebut 100 juta, dan bung beli dengan harga 1 miliar. Artinya, nilai PER-nya adalah 10 kali, dan itu sudah termasuk murah.

2. Dividend Investing

Prinsip ini akan berfokus pada saham-saham yang memberikan dividend besar yang rutin dibagikan setiap tahun. Ada beberapa saham di IHSG yang bisa memberi dividend yield di atas 10 persen, seperti ADRO, PTBA, ASII, TUGU, dan masih banyak lagi.

3. Momentum Investing

Prinsip ini berfokus pada jenis bisnis yang akan berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Misalnya, di masa depan, kecerdasan buatan (AI) sedang berkembang, maka saham teknologi seperti Nvidea, Google, dan Microsoft akan menjadi incaran.

Di Indonesia, misalnya, terdapat informasi bahwa teknologi mobil listrik akan berkembang, maka kebutuhan akan nikel akan meningkat. Maka saham-saham seperti TINS, ANTM, INCO, dan NICL akan menjadi incaran.

4. Index Investing

Prinsip ini berfokus pada beberapa indeks saham tertentu, tanpa melihat saham per emiten. Contohnya, indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham di IHSG dengan kinerja terbaik selama 5 tahun terakhir. History dari indeks ini juga terbukti bagus, karena indeks LQ45 terus memberikan peningkatan nilai positif.

5. Contrarian Investing

Contrarian berarti melawan, merupakan pendekatan investasi dengan melihat saham-saham yang sedang jatuh namun masih memiliki fundamental yang baik. Hal ini diharapkan saham tersebut dapat rebound kembali ke nilai semula.

Posting Komentar untuk "5 Prinsip Investasi Saham"