GoTo: Analisis Saham Singkat dan Terupdate

GoTo: Analisis Saham Singkat dan Terupdate

GoTo adalah perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. GoTo pernah menjadi salah satu emiten dengan market cap terbesar di IHSG. Namun masa itu tidak bertahan lama, karena sekarang GoTo sedang mengalami krisis bisnis.

Saham GoTo kini sudah turun hampir 80 persen sejak pertama kali IPO. Pada awal IPO nilai saham GoTo berada pada nilai sekitar Rp.350 per lembar, kini hanya sekitar Rp.50 per lembar (31/08/2024). Namun banyak pakar menganggap saham GoTo masih dapat kembali rebound dan kembali stabil.

Bagaimana sebenarnya perjalanan GoTo selama di bursa saham Indonesia? Apakah GoTo masih berpotensi untuk kembali menguasai pasar modal Indonesia? berikut analisis singkat dan terupdate tentang saham GoTo.

Pengenalan GoTo dan Produknya

Goto adalah gabungan dari 2 perusahaan raksasa Inodonesia pada saat itu, yaitu Gojek dan Tokopedia. Marger ke dua emiten ini sempat menjadi viral dan perbincangan hangat pada saat itu. Semua media menyoroti berita tersebut dan memprediksi GoTo dapat menguasai sebagian besar pasar Indonesia.

Prediksi ini sangat kuat, karena pada masa itu masyarakat Indonesia memiliki budaya konsumtif yang sangat tinggi. Tokopedia sebagai penyedia layanan belanja secara onine, dan gojek sebagai jasa pengantar, merupakan perpaduan yang sempurna pada kala itu,

Namun setelah marger, GoTo justru mengalami kemunduran dalam bisnisnya. Pendapatan GoTo terus mengalami penurunan dan kerugian hingga triliunan. GoTo bahkan sampai terdesak, dan pada Februari 2024 GoTo harus menjual 75 persen Tokopedia pada perusahaan TikTok. 

Walaupun demikian, GoTo masih bisa menjalankan bisnisnya dari beberapa produk andalannya. Berikut beberapa produk GoTo yang ada di pasaran:

1. Gojek

Gojek adalah platform yang didirikan untuk memperluas potensi ekonomi pada sektor pengemudi ojek. Produk ini diharapkan dapat mengatasi masalah konsumen dalam bernavigasi di tengah kemacetan kota-kota di Indonesia dengan bantuan teknologi.

Gojek berperan sebagai call center, yang menghubungkan antara driver ojek dengan para konsumen. Gojek memiliki beberapa fitur layanan seperti mobilitas, pesan antar makanan, dan logistik.

Gojek terbukti mampu memberikan penghasilan bagi mitranya dan membantu perekonomian driver ojek di Indonesia. Gojek tercatat memiliki sekitar 2,5 juta mitra driver ojek di seluruh Indonesia. Masyarakat juga lebih nyaman dan terbantu dengan berbagai layanan Gojek yang lebih mudah.

2. Tokopedia

Tokopedia adalah platform digital toko online pertama di Indonesia, yang menghubungkan para penjual dengan konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Posisi geografis yang luas dan pembangunan akses antar kota yang kurang baik, membuat kegiatan perdagangan di Indoensia kurang berkembang. Tidak jarang para penjual pergi ke kota untuk menawarkan dagangannya.

Namun dengan adanya Tokopedia dapat menciptakan akses yang mudah dengan harga yang terkontrol terhadap aneka produk dan layanan di Indonesia. Tokopedia juga membantu jutaan pedagang di seluruh Indonesia untuk mengembangkan usaha dengan cara yang lebih mudah dan efisien.

3. GoTo Finance

GoTo Financial adalah platfom yang awalnya di buat untuk membantu transaksi driver Gojek dan penumpang Gojek menjadi lebih mudah. Kemudian berkembang dengan memberi pelayanan berbagai macam pembayaran digital, jasa keuangan, dan permodalan.

IPO GoTo di BEI Pertama Kali

Gojek dan Tokopedia resmi bergabung dan dipublikasikan pada 17 Mei 2021. Pada saat itu informasi disampaikan oleh media secara besar-besaran dan menjadi trending topik pada saat itu. Nama GoTo bukan hanya gabungan nama dari kedua perusahaan, tetapi juga mengandung makna gotong royong.

Sebenarnya secara teknik Gojek lah yang membeli perusahaan Tokopedia. Tokopedia menjadi anak perusahaan dari Gojek dengan nama PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa, yang kemudian berganti nama menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia.

Pada saat itu Patrick Cao dipilih sebagai President GoTo. Kemudian tiga di bawahnya yaitu Kevin Bryan Aluwi sebagai CEO Gojek, William Tanuwijaya sebagai CEO Tokopedia, dan Andre Soelistyo sebagai CEO GoTo Financial.

Setelah melakukan marger barulah pada 11 April 2022, GoTo secara sah bergabung ke dalam Bursa Efek Indonesia. Saat itu GoTo melakukan IPO dengan menerbitkan sekitar 4,6 juta lembar saham dengan harga Rp.338 per lembar.

Pemegang Saham GoTo 2024

Pada saat ini GoTo memiliki sekitar 1,2 triliun lembar saham yang beredar (Q1 2024), dengan harga per lembar saat ini hanya Rp.52 per lembar. Komposisi pemegang saham GoTo, sekitar 900 miliar lembar dipegang oleh asing, dan 300 miliar lembar saham di pegang oleh lokal.

Perusahaan asing yang memegang saham GoTo dengan nilai tertinggi yaitu, SVF GT Subco asal Singapura, dengan persentase kepemilikan sebesar 7,58 persen atau 91 miliar lembar saham. Kemudian TABAO China Holding Limited dengan persentase kepemilikan sebesar 7,37 persen atau 88,5 miliar lembar saham.

Mantan CEO Tokopedia yaitu William Tanuwijaya masih mempunyai persentase kepemilikan saham GoTo sekitar 1,44 persen atau sekitar 17 miliar lembar saham. Selain itu Andre Soelistyo selaku mantan CEO GoTo Financial juga memiliki persentase kepemilikan 0,56 persen atau 6,7 miliar lembar saham.

Fundamental Saham Goto

Saat ini GoTo memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp. 62 miliar, dengan jumlah saham beredar sebanyak 1,2 triliun lembar saham. Harga saham GoTo saat ini di jual hanya senilai Rp.52 per lembar, turun hampir 80 persen sejak IPO GoTo pertama kali.

Saham GoTo memiliki laporan keuangan yang juga kurang memuaskan dalam beberapa tahun terakhir. Pendapatan GoTo selalu minus setiap tahunnya, pada Q1 2024 GoTo mencatat kerugian sekitar Rp. 862 miliar. Pada Q2 2024 GoTo bahkan mencatat kerugian lebih besar yaitu Rp. 1,8 triliun.

Valuasi saham GoTo juga cukup buruk, nilai price to book value (PBV) GoTo masih sebesar 1,7 kali dari nilai bukunya. Artinya harga wajar saham GoTo saat ini, hanya berkisar di angka Rp.28 lembar. Nilai ini tentunya bisa lebih baik, jika pada Q3 2024 nanti, GoTo mampu meningkatkan pendapatan bersihnya.

Prospek Saham GoTo Ke Depan

1. Kekurangan

Laporan tahunan GoTo terbilang cukup buruk, sudah sekitar 3 tahun ke belakang GoTo selalu membukukan pendapatan bersih dengan kerugian. Pada tutup buku 2023 saja GoTo mengalami kerugian sebesar 90 triliun, dan merupakan kerugian terbesar perusahaan terbuka yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Selain itu GoTo juga sudah ditinggal beberapa pemimpin terbaiknya. Willian Tanuwijaya dan Andre Soelistyo sudah mengundurkan dirinya dari jajaran komisaris Tokopedia, beberapa saat setelah Tokopedia diakuisisi oleh TikTok.

GoTo juga diramaikan dengan beberapa issue yang diberitakan, seperti aksi demonstrasi yang di lakukan oleh mitra drivernya beberapa waktu yang lalu. Selain itu, penjualan Tokopedia yang dilakukan oleh GoTo juga menambah issue miring, dan banyak di nilai negatif oleh banyak kalangan.

2. Kelebihan

Walaupun pendapatan bersih GoTo selalu membukukan kerugian, namun pendapatan kotor (revenue) GoTo masih terbilang cukup stabil. Pada Q2 2024 GoTo masih mencatat pendapatan kotor senilai Rp. 3,6 triliun. Jika GoTo berhasil memangkas pengeluaran, maka bukan tidak mungkin pendapatan bersih GoTo akan meningkat.

Beberapa mantan pendiri GoTo masih kompak dalam menambah kepemilikan saham nya di GoTo. William Tanuwijaya mantan CEO Tokopedia, baru-baru ini dikabarkan menambah kepemilikan sahamnya di GoTo sekitar 1 miliar lembar saham.

Disclaimer: penulis tidak mengajak pembaca untuk membeli atau menjual suatu saham, penulis hanya berbagi opini dan sundut pandang tentang suatu saham.

Posting Komentar untuk "GoTo: Analisis Saham Singkat dan Terupdate"